Berita
Mendidik Generasi melalui Cerita Sahabat Bumi Edisi Belajar bareng Si Otan

Mendidik Generasi melalui Cerita Sahabat Bumi Edisi Belajar bareng Si Otan

Tahukah kamu? Botol plastik yang kamu pakai bisa berumur sampai 450 tahun untuk bisa terurai? Lalu bagaimana dengan membuang sampah? Apakah kamu sudah membuang sampah pada tempatnya? Lalu bagaimana dengan bumi? Sudahkah kamu berpartisipasi dalam menjaga lingkungan untuk menyelamatkan bumi? Jika sudah, kamu hebat! Jika belum, ayo belajar bareng Si Otan!

Kemarin (29/06) dalam rangka HUT ke-1 Badan Standardisasi Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BSILHK), Pusat Standardisasi Instrumen Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim (PUSTANDPI) melaksanakan acara bertajuk ‘Cerita Sahabat Bumi’ untuk anak-anak usia SD, SMP, dan SMA. Pada acara kali ini kita belajar tentang cara mencegah bencana dan perubahan iklim bareng Kang Bugi, Si Otan, dan tidak lupa juga berkenalan dengan Bunda Etti Ginoga, selaku Kepala PUSTANDPI. Beberapa cara yang dipelajari bersama adalah dengan membuang sampah pada tempatnya dan menanam pohon. Lewat belajar interaktif, anak-anak diajak untuk memahami bagaimana cara menjaga lingkungan melalui tarian, nyanyian, serta praktik secara langsung.
Kepala PUSTANDPI, Kirsfianti L. Ginoga beserta peserta belajar bareng menanam bibit

Di awal acara peserta diajak untuk tanya jawab pengetahuan tentang lingkungan dan perubahan iklim. Peserta antusias untuk menjawab pertanyaan dan menyuarakan pendapatnya. Bunda Etti semakin memeriahkan acara dengan memberikan doorprize bagi peserta yang berani dan benar menjawab pertanyaan. Setelah tanya jawab dan sambutan selesai, acara dilanjutkan meniup lilin kue ulang tahun. Lilin berjumlah lima menunjukkan spirit BSILHK yang meskipun baru berumur satu tahun namun semangatnya lebih dari satu tahun dan untuk selalu beberapa langkah di depan dalam membuat standar maupun inovasi-inovasi lainnya. Acara dilanjutkan dengan belajar bersama Si Otan.

Sampah yang menumpuk dapat menjadi sarang penyakit karena virus dan bakteri menyukai tempat yang kotor untuk berkembang biak. Masuknya virus dan bakteri ke dalam tubuh bisa menimbulkan berbagai macam penyakit seperti demam, disentri, dan lain sebagainya. Hal ini tentunya berbahaya jika dibiarkan. Padahal saat ini kita sering dengan mudahnya menemui sampah. Mulai dari laut, pantai, hutan, bahkan sampai pegunungan yang jarang dijelajahi manusia kita bisa menemui sampah. Bahkan Senin lalu (27/06) PBB mengumumkan status laut menjadi “Ocean Emergency” yang salah satunya diakibatkan oleh limbah dan sampah plastik. Ada sebanyak 80% limbah air yang masuk ke laut tidak dikelola dengan baik dan 8 juta ton sampah plastik yang setiap tahunnya masuk lautan. Berbagai sampah ini pun rupanya sudah banyak mengganggu ekosistem dan mulai masuk ke rantai makanan. Tak hanya mengganggu kehidupan manusia, sampah juga mengganggu habitat hewan liar seperti rusaknya terumbu karang akibat sampah atau ditemukannya sampah dalam perut penyu.

Menanam pohon adalah salah satu cara sederhana dalam menjaga lingkungan dan mencegah bencana. Pohon dapat menghasilkan oksigen untuk pernapasan makhluk hidup dan menyerap karbon dioksida. Bila pohon tersebut berbuah, buahnya bisa dimanfaatkan oleh manusia maupun hewan. Akar pohon bisa menahan tanah agar tidak terjadi longsor dan banjir. Anak-anak bersama Si Otan dan Kang Bugi dalam acara “Cerita Sahabat Bumi” belajar untuk praktik secara langsung bagaimana cara menanam pohon mulai dari memasukkan media tanam dan menanam benih. Selain itu peserta juga mendapatkan bibit pohon berbuah seperti bibit pohon kelengkeng dan alpukat untuk nantinya bisa ditanam di pekarangan rumah.

Penulis: Gilda Mutiara
Editor: Alifa Zahra Adhyana
Foto: Faisal Fadjri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *