Upaya PUSTANDPI Melahirkan Generasi Pendekar LIngkungan
Pendekar Lingkungan? “Aku siap!”
Anak-anak menjawab panggilan menjadi Pendekar Lingkungan dengan lantang, tegas, dan penuh semangat. Jadi, siapkah mereka untuk menjalankan misi dari seorang Pendekar Lingkungan?
Suasana di Ruang Rapat lantai 2 Pusat Standardisasi Instrumen Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim (PUSTANDPI) Rabu pagi (29/6) menjadi cerah seiring dengan berdatangannya para tamu undangan. Dalam rangka perayaan HUT Badan Standardisasi Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BSILHK) yang pertama, PUSTANDPI menyelenggarakan acara bertajuk ‘Cerita Sahabat Bumi: Aku Pendekar Lingkungan’. Acara ini dihadiri oleh 38 pelajar SD, SMP, dan SMA yang merupakan putra-putri dari pegawai PUSTANDPI. Kepala PUSTANDPI, Dr. Ir. Kirsfianti Linda Ginoga, M.Sc. —pada kesempatan ini lebih akrab disapa Uwa Etti— membuka jalannya acara sekaligus memberikan sambutan kepada para peserta. Beliau juga memimpin acara tiup lilin dan potong kue sebagai simbolis perayaan HUT BSILHK. Tak kalah penting, bintang tamu dari acara ini adalah Kang Bugi dan teman kesayangannya, Si Otan.
Sesuai dengan taglinenya ‘Yuk belajar bareng mencegah bencana dan perubahan iklim’, pada acara ini anak-anak belajar bersama Kang Bugi dan Si Otan tentang apa itu perubahan iklim, bagaimana dampaknya untuk bumi ini dan kehidupan makhluk hidup di dalamnya, serta contoh kegiatan apa saja yang bisa mereka lakukan di kehidupan sehari-hari untuk bisa mencegah terjadinya perubahan iklim. Para peserta dijuluki sebagai Pendekar Lingkungan, agar dapat menjadi pahlawan bagi lingkungan. Seperti halnya pendekar yang gagah berani, para peserta dengan berani mengangkat tangan mereka dan maju ke depan, menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Uwa Etti dan Kang Bugi. Mereka bercerita dengan antusias tentang apa yang sudah mereka lakukan untuk menjaga lingkungan baik di rumah maupun di sekolah dan upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk bisa menahan proses perubahan iklim.
Perubahan iklim adalah perubahan pola dan intensitas unsur iklim dalam periode waktu yang sangat lama. Penyebab utama terjadinya perubahan iklim adalah pemanasan global. Percepatan pemanasan global merupakan akibat dari meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer bumi. Aktivitas manusia menjadi salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca yang mendorong terjadinya perubahan iklim bumi.
Upaya aktif dalam mengatasi terjadinya perubahan iklim harus selalu dilakukan oleh seluruh usia dan seluruh pihak. Edukasi tentang ketahanan bencana dan perubahan iklim sejak dini kepada generasi muda menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan. Penting untuk menanamkan pada anak-anak agar peduli dengan lingkungannya, menjaga bumi, dan bersahabat dengan bumi tempat tinggal mereka. Hal ini akan menambah wawasan mereka dan harapannya dapat menjadi perilaku dan kebiasaan yang baik hingga mereka dewasa nanti.
Pada kesempatan ini, perwakilan peserta diberi kesempatan untuk menanam benih pohon sebagai wujud tindakan nyata pencegahan perubahan iklim. Setiap peserta juga diberi bibit untuk dibawa pulang dan ditanam di rumah. Pohon dapat menyerap karbon dioksida yang dihasilkan dari kegiatan yang dilakukan manusia dan makhluk hidup lainnya. Hal ini berarti pohon berperan penting dalam meredam kenaikan gas rumah kaca yang merupakan penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim. Oleh karena itu, edukasi sejak dini untuk gemar menanam pohon sangat penting untuk dilakukan.
Acara ditutup dengan pembacaan ikrar Pendekar Lingkungan oleh peserta. Adanya ikrar ini diharapkan dapat menjadi pengingat bahwa mereka pernah berjanji untuk selalu menjaga lingkungan dan bumi. Karena kita, hanya punya satu bumi untuk dijaga.
Penulis: Alifa Zahra Adhyana
Editor: Faisal Fadjri