Berita
Dukung Mitigasi Bencana Hidrometeorologi, BSILHK Bahas Strategi Terpadu

Dukung Mitigasi Bencana Hidrometeorologi, BSILHK Bahas Strategi Terpadu

Jakarta, 11 September 2024. Saat ini potensi bencana hidrometeorogi menjadi tantangan terbesar bagi Indonesia, dengan demikian upaya mitigasi bencana menjadi langkah yang sangat penting untuk dilakukan. Hal ini kiranya tersirat dalam talkshow yang digelar Pusat Standardisasi Instrumen Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim (Pustandpi), Badan Standardisasi Instrumen LHK (BSILHK) di Jakarta (11/09/2024).

“Menempati urutan pertama untuk bencana yang paling sering terjadi di Indonesia, bencana hidrometeorologi sangat erat kaitannya dengan kejadian cuaca ekstrim dan iklim ekstrim, maka untuk mitigasi bencana hidrometeorologi sangat dibutuhkan pengetahuan tentang informasi cuaca dan iklim,” ujar Wisnu Eka Yulyanto, Kepala Bidang Pengembangan Standar Ketahanan Bencana Ekologis dan Perubahan Iklim, saat mewakili Kepala Pustandpi.

Selain itu, Wisnu juga menjelaskan, sebagai negara tropis, Indonesia sangat rawan terhadap bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla). “Meskipun karhutla tidak termasuk bencana hidrometeorologi secara langsung, namun faktor hidrometeorologi dapat memperburuk kebakaran, terutama dalam kondisi kekeringan yang ekstrem atau angin kencang, yang dapat mempercepat penyebaran api. Sebaliknya, kebakaran lahan dapat mempengaruhi iklim mikro di sekitarnya dan memperburuk kondisi lingkungan, seperti meningkatkan risiko erosi tanah setelah kebakaran terjadi,” lanjutnya.

Terkait hal ini, Wisnu berpendapat, perlunya strategi terpadu dalam mitigasi bencana ini tidak hanya mendesak, tetapi sangat penting untuk kelangsungan hidup masyarakat dan keberlanjutan pembangunan nasional. “Terdapat tiga pilar utama yang harus diperkuat dalam strategi terpadu mitigasi bencana hidrometeorologi, antara lain yaitu pencegahan, kesiapsiagaan, dan pemulihan,” tegasnya.

Diterangkannya bahwa pilar pencegahan berarti membangun sistem yang mencegah risiko, melalui pengelolaan SDA yang berkelanjutan, pembangunan infrastruktur yang tangguh bencana, dan teknologi pengamatan dan prediksi cuaca yang maju. Adapun pilar kesiapsiagaan berarti mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi  bencana. Langkah ini terdiri dari edukasi dan pelatihan masyarakat, keterlibatan masyarakat dalam manajemen risiko bencana, dan sinergi antar lembaga.

“Sementara pilar pemulihan yaitu membangun kembali dengan lebih baik. Hal ini meliputi rehabilitasi ekosistem dan lingkungan, pemulihan sosial dan ekonomi, serta pendanaan bencana yang berkelanjutan,” lanjutnya.

Dalam talkshow berdurasi 1,5 jam ini, turut hadir Dr. Udrekh (Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB) yang menyampaikan upaya pemantauan resiko bencana, Twin Hosea, ST., MT. (fasilitator CREDO dari FMIPA UI) yang menyampaikan kurikulum kebencanaan, serta berbagi pengalaman di lapangan dari Ferdian Krisnanto, S.Hut., MP. (Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim Wilayah Sumatera).

Dalam kesempatan yang sama, Analis Kebijakan Ahli Utama BSILHK, Ir. Djati Witjaksono Hadi, M.Si., IPU menyampaikan bahwa, BSILHK melalui Pustandpi, telah menyusun konsep standar yang berkaitan dengan pengendalian kebakaran hutan lahan, pengelolaan tata air, serta instrumen persetujuan lingkungan untuk minimalisasi dampak lingkungan.

Mengusung tema “Strategi Terpadu Mitigasi Bencana Hidrometeorologi”, talkshow ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Pekan Standar Tahun 2024 (PeSTA 2024), yang diselenggarakan oleh BSILHK pada tanggal 10-12 September 2024. Selain jajaran dan pegawai lingkup KLHK, acara ini juga dihadiri oleh para mitra pelaku usaha, mitra K/L, akademisi, pelajar mahasiswa dan masyarakat.(*)

Kontributor berita :
Mamay Maisaroh, S.Hut., M.Si – Pranata Humas Ahli Muda

Penanggung jawab berita :
Krisdianto, S.Hut., M.Sc., Ph.D – Kepala Pustandpi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *